Jumat, 06 November 2020

LOGO HARI PAHLAWAN 2020


 


10 November merupakan hari yang diperingati oleh Warga Negara Indonesia sebagai Hari Pahlawan. Hari pahlawan didedikasihan untuk para pejuang Tanah Air dalam usahanya mengusir penjajah dari NKRI. Penetapan 10 November sebagai Hari Pahlawan baru dilakukan pada 1959 melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-hari Nasional yang Bukan Hari Libur.

Latar belakan dicetuskannya hari pahlawan adalah dimana terjadi pertempuran antara Pejuang Indonesia yang dimpinpin oleh Bung Tomo dengan pasukan sekutu yang di pimpin oleh jendral Mallaby.

Kalian bisa download versi CorelDraw. klik link dibawah:

Senin, 18 Mei 2020

Cara Membuka BA EMIS MADRASAH



Assalamualaikum
Setelah sekian lama tidak post, akhirnya akhirnya saya muncul kembali.
Oke, kebetulan saya menjadi seorang Opertaor Madrasah, tepatnya di MI Hasanuddin. Belakangan ini kami disibukan dengan pendataan sekolah di semester genap, dari lembaga, sarpras, PTK, hingga siswa.
Pendataan tersebut dilakukan secara online, ada juga yang semi offline hehe. Kami melakukan pendataan menggunakan aplikasi EMIS MADRASAH. Kalau mau tau apa itu emis madrasah bisa kalian googling sendiri aja yaak. Emis madrasah dapat diakses melalui laman http://emispendis.kemenag.go.id , bahkan ada beberapa Operator Madrasah yang menggunakan aplikasi Emis Feeder. Kalau ditanya apa bedaya, menurut saya perbedaannya terletak pada jenis aplikasinya. Emis feeder kalau menurut saya dia seperti software atau app yang penggunaannya harus dengan koneksi internet, sedakan emis online, dia menggunakan browser (mozzila/chrome) unuk bisa di akses.
Setiap aplikasi/software pasti memiliki kelemahan dan kelebihan. Karena saya menggunakan Emis Online, saya akan memberikan contohnya diantaranya yang paling sering terjadi adalah web down, ya mungkin banyak ang megakses


Oke, langsung ke intinya. Pada bulan Januari sampai Mei 2020, telah diterbitkan perintah untuk melakukan pendataan Lembaga, Sarpras, PTK dan Kesiswaan, yang kemudian akan dikonfirmasi dan yang terakhir melakuka cetak BA (Berita Acara). Banyak sekali teman” operator yang meneluhkan betapa sulitnya utuk mendownload BA dari emis online. Seperti yang saya tulis tadi, server down. Atau jika sudah berhasil makan file akan error

Maka dari itu penulis melakukan beragai research (sok gaya cuy) dengan bertanya” kepada sesama Operator dan melihat tutorial di youtube. Hasinya penulis dapat mendownload file BA dan membukanya menggunakan software Foxit Reader.
Persiapan-persiapan,
1.       Instal Browser Mozzila Firefox (sangat disarankan)
2.       Jika anda pengguna IDM (Matikan dahulu download untuk mozilla)
3.       Tambahkan add ons pdf viewer


 4.       Tambahkan add ons touch vpn (jangan buka macem”)

Langkah-langkah download
1.       Buka dan log in ke Emis Madrasah anda
2.       Lakukan pelengkapan data (PTK, KESISWAAN, LEMBAGA, SARPRAS)
3.       Lakukan Konfirmasi (jika masih ada data yang salah, konformasi dengan Admin Kab./Kota)
4.       Masuk ke menu BA
-          Hidupkan touch VPN
-          Klik kanan ikon download buka di tab baru (tunggu sampai beberapa menit, ini sangatlah lama)
-          Jika sudah muncul jendela download, klik buka dengan, kemudian ganti tipe open menjadi firefox

-          Maka akan muncul seperti ini

-          Kemudian klik icon printer di pojok kanan atas atau ctrl+P
-          Pilih foxit reader (karena saya mengunakan software tersebut) disesuaikan dengan milik anda masing”, kemudian klik Print

-          Atur dimana anda ingin menyimpan dana namai sesuka anda, klik save

-          Taraaaaaa, suda bisa di buka tanpa file error lagi

atau anda yang sudah terlanjur download file BA tetapi tidak bisa dibuka di software pdf reader.
Gampang sekali
Klik kanan open with firefox (dengan catatan sudah instal Plugins/addons pdf viewer)

Nanti tampilan akan seperti ini lagi

Lakukan langkah print seperti yang saya tulis diatas.
Selamat mencoba.
wassalamualaikum

Senin, 17 Desember 2018

Model Pengembangan Kurikulum



Model-model pengembangan kurikulum
Banyak model yang digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikan serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi perlu juga disesuaikan dengan sistem pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subyek akademis berbeda dengan kurikulum humanistis, teknologis dan rekonstruksi sosial.
Sekurang-kurangnya ada delapan model pengembangan kurikulum, yaitu: Administrative model, grassroot model, demonstrative model, Taba’s inverted model, Beuchamp’s systematic model, Roger’s interpersonal model, Action Research model, emerging technological model.
A.    The Administrative Model
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak dikenal. Diberi nama model administratif atau line staf karena inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para administrator pendidikan dan menggunkan prosedur administrasi. Dengan wewenang administrasinya, administrator pendidikan membentuk komisi atau tim yang terdiri atas pejabat dibawahanya, para ahli endidikan, ahlimkurikulum, ahli disiplin ilmu, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan. Tugas tim atau komisi ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan kebijaksanaan, dan strategi utama ala pengembangan kurikulum. Setelah hal-hal yang mendasar ini terumuskan dan mendapatkan pengkajian yang seksama, administrator pendidikan menyusun tim atau komisi kerja pengambangan kurikulum.[1]
Tugas para administrator tersebut adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Selanjutnya tim membentuk kelompok kerjayang menyusun tujuan khusus pendidikan, garis besar bahan pengajaran, dan kegiatan belajar. Hasil kerja kelompok selanjutnya dikaji ulangoleh panitia pengarah yang telah dibentuk sebelumnya dan para ahli lain di bidangnya. Langkah selanjutnya adalah mengkaji ulang dengan cara melakukan uji coba untuk mengetahui keefektifan dan kelayakannya. Dengan cara-cara dan urutan semacam ini terlihat bahwa dari sisi kebijakan model ini lebih bersifat sentralistik. Dalam pelaksanaannya, kurikulum ini memerlukan kegiatan pantauan dan bimbingan di lapangan. Setelah berjalan dalam kurun waktu yang ditetapkan, perlu dilakukan evaluasi untuk menentukan validitas komponen-komponen yang ada dalam kurikulum. Hasil penilaian tersebut merupakan umpan balik bagi semua unsur terkait, khususnya instansi pendidikan di tingkat pusat, daerah, dan sekolah.[2]
B.     The grass roots model
Model pengembangan ini adalah kebalikan dari model pengambangan administratif, inisiatif atau ide pengembangan kurikulum bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru. Model pengembangan administrasi digunakan dalam sistem pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan model grass roots akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi. Dalam model pengembanga yang bersifat grass roots, seorang guru, sekelompok guru, atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum. Pengambangan atau penyempurnaan ini dapat berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau beberapa bidang studi ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum. Apabila kondisinya telah memungkinkan, baik diliohat dari kemampuan guru-guru, fasilitas, biaya maupun bahan-bahan kepustakaan, pengembangan kurikulum model grass roots, akan lebih baik. Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya.
Pengembangan kurikulum yang bersifat grass root mungkin hanya berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi mungkin pula dapat digunakan untuk bidang studi sejenis pada sekolah lain, atau keseluruhan bidang studi pada sekolah atau daerah lain. Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi dengan model grass rootsnya, memungkinkan terjadinya kompetisi di dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan, yang pada gilirannya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif.
C.     Model pengembangan Beauchamp
Model pengembangan kurikulum ini dikembangankan oleh Beaucuchamp seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan ada lima hal dalam proses pengembangan suatu kurikulum:
a.       Menetapkan wilayah atau area yang akan melakikan perubahan suatu kurikulum. Wilayah itu bisa terjadi pada hanya satu sekolah, satu kecamatan, kabupaten atau kota atau mungkin tingkat provinsi atau tingkat nasional. Penetapan area ini ditentukan oleh wenang yang dimiliki oleh pengambi kebijakan dalam pengambangan kurikulum.
b.      Menetapkan personalia, yaitu pihak-pihak yang akan terlibat dalam proses pengembangan kurikulum. Pihak-[pihak yang harus dilibatkan dalam proses pengembangan kurikulum itu terdiri dari para ahli kurikulum, para ahli pendidikan termasukj didalamnya para guru yang dianggap pengalaman, para profesional dan tenaga lain dalam bidang pendidikan lain.
c.       Menetapkan organisasi dan prosedur yang akan ditempuh, yaitu dalam hal merumuskan tujuan umum (standar kompetensi) dan tujuan khusus (Kompetesi dasar), memilih isi dan pengalaman belajar serta menentukan evaluasi. Keseluruhan prosedur tersebut dibagi ke dalam lima langkah yaitu:
1)      Membentuk tim pengembang kurikulum
2)      Melakukan ppenilaian terhadap kurikulum yang sedang berjalan.
3)      Melakukan studi atau penjajakan tentang penentuan kurikulum baru.
4)      Merumuskan kriteria dan alternatif pengembangan kurikulum
5)      Menyusun dan menulis kurikulum yang di kehendaki.
d.      Implementasi kurikulum. Pada tahap ini perlu dipersiapkan secara matang berbagai hal yang dapat berpengatuh baik langsung maupun tuak langsung terhadap efektivitas penggunaan kurikulum.
e.       Melaksanakan evaluasi kurikukul yang menyakgkut :
1)      Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum
2)      Evaluasi terhadap desain kurikulum
3)      Evaluasi keberhasilan siswa
4)      Evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum.
D.    Model Demonstrasi
Model pengembangan kurikulum demonstrasi pada dasarnya bersifat grass roots yang datang dari bawah. Model ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya berskala kecil, hanya mencakup suatu atau beberapa sekolah, suatu komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen kurikulum.[3] Menurut Smith, Stanly dan Shores ada dua bentuk model pengembangan ini pertama, sekelompok guru atau dari beberapa sekolah yang diorganisasi dan ditunjuk untuk melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen suatu kurikulum, unit ini melakukan suatu proyek melalui kegiatan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan suatu model kurikulum. Kedua, dari beberapa orang guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada, kemudian mereka mengadakan eksperimen, uji coba, dan mengadakan pengembangan secara mandiri.
Ada beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini, diantaranya adalah;
1)      Kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui proses yang telah diuji dan di teliti secara ilmiah.
2)      Perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek yang lebih khusus kemungkinan kecil akan ditolak oleh pihak administrator, akan berbeda dengan perubahan kurikulum yang sangat luas dan kompleks.
3)      Hakikat model demonstrasi berskala kecil akan terhindar dari kesenjangan dokumen dan pelaksanaan di lapangan.
4)      Model ini akan menggerakkan inisiatif, kreativitas guru-guru serta memberdayakan sumber-sumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan program yang baru.
E.     Taba’s Inverted Model
Menurut cara yang bersifat tradisional pengembangan kurikulum dilakukan secara edukatif, dengan urutan:
1)      Penentuan prinsip-prinsip dan kebijakan dasar
2)      Merumuskan desain kurikulum yang bersifat menyeluruh di dasarkan atas komitmen-komitmen tertentu
3)      Menyusun unit-unit kurikulum sejalan dengan desain yang menyeluruh
4)      Melaksanakan kurikulum di dalam kelas.
Taba berpendapat model deduktif ini kurang cocok, sebab tidak merangsang timbulnya inovasi-inovasi. Menurutnya pengembangan kurikulum yang lebih mendorong inovasi dan kreativitas guru-guru adalah yang bersifat induktif. Ada lima langkah pengembangan kurikulum model Taba ini, yaitu;
1)        Mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru.
2)        Menguji unit eksperimen.
3)        Mengadakan revisi dan konsolidasi.
4)        Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum.
5)        Implementasi dan diseminasi.[4]

F.      Roger’s Interpersonal Relations Model
Menurut Rogers pendidikan merupakan upaya untuk membantu, memperlancar, dan mempercepat perubahan peserta didik, guru serta pendidik lainya bukan pemberi informasi apa lagi penentu perkembangan anak, merek hanyalah pendorong dan peselancar perkembangan anak. Ada empat langkah pengembangan kurikulum Roger’s:
a.       Pemilihan target dari sistem pendidikan
b.      Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif
c.       Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran.
d.      Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok.
Model pengembangan kurikulum ini berbeda dari model-model lainnya sepertinya tidak ada perencnaan kurikulum tertulis, yang ada hanyalah rangkaian kegiatan kelompok. Bagi Roger’s yang penting adalah aktivitas dan interaksi.
G.    The Systematic Action-research model
Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. hal itu mencakup suatu proses yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa guru, struktur sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat. Sesuai dengan asumsi tersebut model ini menekankan pada tiga hal itu: hubungan insani, sekolah dan organisasi masyarakat, serta wibawa dari pengetahuan profesional. Penyususnan kurikulum harus memasukan pandangan dan harapan-harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal itu adalahdengan prosedur Action Research.
Langkah pertama, mengadakan kajian secara seksama tentang masalah-masalah kurikulum, berupa pengumpulan data yang bersifat menyeluruh dan mengidentifikasi faktor-faktor, kekuatan dan kondisi yang mempengaruhi masalah tersebut. Kedua, implementasi dari keputusan yang diambil dari tindakan pertama. Tindakan ini segera diikuti oleh kegiatan pengumpulan data dan fakta-fakta. Kegiatan pengumpulan data ini mempunyai beberapa fungsi:
1.      Menyiapkan data bagi evaluasi tindakan
2.      Sebagai bahan pemahaman tentang masalah yang dihadapi
3.      Sebagai bahan untuk menilai kembali dan mengadakan modifikasi
4.      Sebagai bahan untuk mementukan tindakan lebih lanjut.
H.    Emerging Technikal Models
Pengembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai efisiensi efektivitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model-model kurikulum. Tumbuh kecenderungan-kecenderungan baru yang didasarkan atas hal itu diantaranya:
1.      The Behavioral analysis model, menekankan penguasaan perilaku atau kemampuan. Suatu perilaku/l\kemampuan yang kompleks diuraikan menjadi perilaku-perilaku yang sederhana yang tersusun secara hierarkis. Siswa mempelajari perilaku-perilaku tersebut secara berangsur-angsur mulai dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks.
2.      The System analysis model, berasal dari efisiensi bisnis. Langkah pertama dari model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil belajar yang harus dikuasai oleh siswa. Langkah kedua adalah menyusun instrumen untuk menilai ketercapaian hasil-hasil belajar tersebut. Langkah ketiga, mengidentifikasi tahap-tahap ketercapaian hasil serta perkiraan biaya yang diperlukan. Langkah keempat, membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan..
3.      The Computer-based model, suatu model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan komputer. Pengembangannya dimulai dengan memngidentifikasi seluruh unit-unit kurikulum, Tiap unit kurikulum telah memiliki rumusan tentang hasil-hasil yang diharapkan. Kepada para siswa dan guru-guru diminta untuk melengkapi pertanyaan tentang unit-unit kurikulum tersebut. Setelah diadakan pngolahan disesuaikan dengan kemampuan dan asih-hasil belajar yang dicapai siswa disimpan dalam komputer.[5]


[1] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012), Hlm. 161
[2] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek, Hlm. 162
[3] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek, Hlm. 162
[4] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek, Hlm. 166-167
[5] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek, Hlm. 170